542. last and lose
Cade sudah sampai lebih dulu di Berry Cafe, salah satu kafe sederhana di dekat Bandara Seokarno Hatta. Cade duduk sendiri dengan satu cup ice americano sementara Deefan dan Angga menunggunya di mobil. Cade sudah berjanji bahwa ia tidak akan berlama-lama.
Maka ketika Keyza dan Byan datang dan mengambil alih kursi kosong di depannya, Cade tidak lagi mengulur waktu. Ia mengeluarkan amplop cokelat yang dua hari lalu Keyza berikan untuknya.
“Ini. Udah aku tanda tangani.”
Keyza mengambil amplop tersebut dan melihat isinya. Dan benar, Cade telah menyetujui gugatan cerai yang ia ajukan.
“Aku yakin kamu udah tau apa yang mau aku sampaikan ke kamu hari ini, Key. Kayak yang aku bilang kemarin, aku bakal susul Ayah ke Paris hari ini.”
Byan yang sadar akan arah pembicaraan mereka mulai berdiri dan hendak pamit untuk memberi waktu Cade dan Keyza berbicara berdua. Namun interupsi dari Cade menghentikannya.
“Lo di sini aja, nggak apa-apa. Gue nggak bakal ngomong lama.”
Lalu Cade melanjutkan kalimatnya untuk Keyza. Ia menatap dalam perempuan yang masih mengisi tempat spesial di hatinya sampai hari ini.
“Aku tau, berapa kali pun aku minta maaf ke kamu, rasanya nggak akan pernah cukup. Rasanya penyesalan di hati aku nggak bisa hilang gitu aja. Luka di hati aku karena sikap aku sendiri, nggak bisa sembuh gitu aja. Tapi, aku nggak mau lagi jadi orang yang egois, Key.”
“Kamu yang memilih pergi kali ini. Bukan karena accident apa pun, tapi murni keinginan kamu. Bahkan setelah aku berusaha memperbaiki semuanya, berusaha untuk treat you with my best, kamu tetep nggak bisa lagi pulang ke aku. Kamu udah jadi wanita kuat, tanpa aku.”
“Kamu udah berhasil sembuhin luka kamu, dan aku nggak mau hadir di hidup kamu sebagai si pembawa luka itu lagi, Key. So i choosed to let you go. You’re free, Keyra.”
Keyza mengepalkan tangan di bawah meja, ia tahan mati-matian semua rasa emosional di hatinya saat ini. Cade benar, Keyza sudah sembuh. Yang kemarin ia rasakan itu bukan luka lamanya, tapi rasa baru yang Cade berikan melalui tulisan Keyra di buku harian.
Bahkan saat ini, dengan adanya Byan di sisinya, Keyza yakin ia benar-benar sudah sembuh. Ia memiliki penawar rasa sakitnya.
“Maaf, Cade. Maafin aku … Aku tau kamu juga tersiksa menghadapi segala ancaman Tante Ratih dulu. And now, I hope you will find your medicine as soon as possible. Luka kamu juga harus sembuh, tanpa aku.”
Cade menggeleng pelan dengan senyum tipis di wajahnya.
”No, kamu nggak perlu minta maaf. Awalnya tekad aku masih sama besarnya seperti waktu kita pertama ketemu ; aku mau kamu pulang ke aku. Tapi, aku sadar setelah tiba-tiba pabrik supplier itu kebakaran. Aku sadar, jalan cerita kita emang udah nggak satu tujuan lagi, Key. Sekeras apa pun usaha aku buat bawa kamu kembali ke aku, aku bakal selalu kalah sama takdir Tuhan untuk kita. Jalan kita udah beda. Untuk sekarang, aku mau perbaiki diri aku sendiri dulu, Key. Dan, nggak bakal semudah itu aku buka hati untuk orang baru.”
Dengan lemah lembut, Keyza mengelus pelan telapak tangan Cade di atas meja. “Aku pernah jatuh sedalam itu sama kamu. Bahkan sampai aku rela pertahanin hubungan kita yang nggak sehat. Tapi ternyata, takdir aku bukan sama kamu. Aku tau kamu butuh waktu. Aku percaya kamu bisa lewatin ini. Kamu bisa bangkit. Kamu harus bahagia juga ya, Cade?”
Anggukan kecil Cade berikan untuk merespon kalimat Keyza.
“Setelah pulang dari Paris nanti, aku pindah ke Kanada. Ayah minta aku kerja di cabang sana. Urusan tower Meilleur dialihkan ke Deefan. Kamu sama tim kamu, mulai sekarang kerja sama dengan mereka langsung ya.”
Mendengar pernyataan dari Cade, Keyza sempat membulatkan matanya. Kanada?
“Nggak perlu khawatir, Key. Ini tandanya proses perceraian kita bakal lebih cepat. Aku nggak akan bisa hadir persidangan. Semakin cepat kamu resmi berpisah sama aku, semakin cepat Byan bisa sama kamu.”
Lagi-lagi Keyza mengelus pelan telapak tangan Cade. Keyza terenyuh. Laki-laki ini memang benar mencintainya, namun perilakunya di masa lalu tetap tidak bisa Keyza abaikan.
“Sehat dan bahagia selalu ya, Key? Sumpah, demi Tuhan, aku masih sayang sama kamu bahkan sampe detik ini … But it’s time to let you go,kan?”
Cade bangkit dari duduknya lalu melepas pelan tangan Keyza dari telapak tangannya.
“Nggak ada yang salah sama rasa cinta. Cuma, beberapa orang terlalu bodoh dan denial untuk mengakuinya. Termasuk aku. Biarin aku pergi sama rasa sesal aku ya? Suatu hari nanti, kalau kita ketemu lagi, semoga aku udah sembuh total.” Cade mengatakan kalimat itu dengan senyum tulus yang pernah Keyza lihat pada awal kencan mereka waktu itu.
Keyza tahu laki-laki itu baik, juga manis. Tapi, ia masih kalah dengan rasa takut dan egois yang begitu menguasai dirinya.
Cade mengulurkan tangannya untuk mengajak Keyza dan Byan bersalaman.
“Aku pamit ya, Key, Yan. Semoga bahagia selalu.”
Sakit. Tentu saja rasa itu yang menggerogoti langkah pertama Cade ketika keluar dari kafe tersebut.
Namun, seperti inilah alur hidup. Tidak ada pilihan lari, tidak ada pilihan untuk berbalik badan, ini salahnya, maka ia harus bertanggung jawab. Biar Tuhan senang, makhluknya kembali ingat adanya siklus sebab-akibat di dunia ini.
Meilleur Cadenas, glad to know you, and good bye.
April 3rd, 2022. – Cade lose.