431. hancur

Keyra pov.

Aku kembali duduk di salah satu sofa ruang tamu setelah mengambil minum untuk Cade dan Yura yang sudah tiba di rumahku sejak sepuluh menit lalu. Belum ada satu kalimat pun yang keluar dari keduanya. Dan aku hanya diam. Mengamati keduanya dengan hatiku yang tidak baik-baik saja.

Kicauan burung-burung kecil di sangkar mereka memenuhi indra pendengaranku. Aku selalu suka bagaimana suara mereka membuat suasana rumah ini selalu terasa tenang dan harmonis.

Namun ternyata, keheningan itu tidak berlangsung lama pada siang hari ini.

“Gue nggak bisa lama-lama. Kayak yang gue bilang di imess, gue hamil. Dan kita sepakat buat gugurin kandungan gue.” Perkataan Yura yang tidak diberi aba-aba itu seketika membuat tubuhku duduk dengan tegak. Aku mulai tegang.

“Kenapa? Anak ini nggak salah apa-apa, kan? Kenapa harus dia yang jadi korban?” tanyaku dengan nada yang sedikit meninggi. Mendengar itu, Cade mengalihkan tatapannya kepada kedua netraku.

“Lo tau alesannya. Lo bilang lo paham gimana nyokap bokap gue. Seharusnya gue nggak perlu jelasin lagi kenapa akhirnya gue sepakat buat gugurin anak ini,” ucap Cade dalam satu tarikan napas.

Aku terkejut, tentu saja. Yang aku tahu, Cade bukan termasuk laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Seharusnya ia tidak melakukan ini sejak awal jika tahu resikonya. Dan seharusnya Cade mampu merelakan posisi yang dijanjikan Ayahnya, bukan malah merelakan anaknya sendiri, kan?

“Kamu nggak cinta sama Yura?” Entah untuk alasan apa, pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibirku. Yura yang mendengarnya, sontak menolehkan seluruh atensinya padaku.

“Enak aja lo kalo ngomong,” ujar Yura dengan tatapan sinisnya.

“Gue minta tolong lo bantu Yura urus aborsinya, Key. Gue tau lo berdua ada kenalan di rumah sakit. Dan yang paling penting, masalah ini cukup kita bertiga yang tau,” kata Cade tanpa penolakan. Apa pun yang ia katakan rasanya seperti perintah bagiku. Maka, aku hanya mengangguk. Menyetujui keputusan mereka seperti budak cinta yang sesungguhnya.

Aku sempat mendapati Yura tersenyum dengan tangannya yang melingkar di lengan Cade. Hatiku teriris, sungguh. Bagaimana bisa mereka memutuskan untuk membunuh janin di perut Yura hanya dalam hitungan jam? Apa sebegitu tidak berartinya?

Dan, tanpa sadar air mataku mulai membenung. Aku tahu Cade menyadari itu. Aku juga tahu, Cade memilih acuh. Lagi dan lagi, aku hanya menunduk lesu. Cade, kapan ya, kamu bisa melihat aku lebih dari seorang sahabat?

“Oh iya, Key. Gue lupa satu hal lagi. Lo masih suka sama Cade, kan?”

deg! Aku benar-benar tidak menyangka bahwa pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Yura tepat di hadapan Cade. Di hadapan laki-laki yang selama ini tidak tahu-menahu tentang perasaanku.

“Gue mutusin buat izin keluar kota selama gue ngejalanin pra-aborsi atau setelahnya nanti. Gue nggak bisa langsung balik, kan? Gue butuh perawatan juga pasti.” Perkataan Yura terjeda sejenak. Perempuan itu mengambil waktu untuk mengisi kerongkongannya yang terasa kering.

Lalu karena tidak ingin mengulur waktu lebih lama, Cade mengambil alih seluruh perhatianku dengan pertanyaannya.

“Lo masih suka sama gue?”

Tentu saja aku terdiam. Jantungku rasanya seperti didorong ribuan kupu-kupu untuk keluar dari tempatnya. Aku reflek menahan napasku. Aku malu. Sangat. Cade mengucapkan pertanyaan itu dengan sangat mudah. Seakaan pertanyaan itu bukan merupakan suatu hal yang penting dan privasi.

“Nikah sama Cade, Key.”

Setelah berhasil mencerna kalimat Yura dalam waktu kurang dari seperkian detik, mataku sontak membulat. Aku terkejut.

“Maksudnya?”

“Lo masih suka sama Cade. Lo nikahin dia. Biar keluarga kita bertiga nggak ada yang curiga tentang ini semua. Om Gerald nggak perlu tau Cade hamilin gue. Mama gue juga nggak perlu tau kalau gue gugurin anak ini. Dan nyokap lo cuma perlu tau anak kesayangannya menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Simpel, kan? Lo bisa lindungin banyak orang, Key. Lo dapet Cade, orang yang lo cinta. Cade tetep dapet posisinya. Dan gue tetep aman.”

Saat mendengar itu, pikiranku yang sebelumnya mengasihani bayi dalam kandungan Yura seketika berubah. Aku merubahnya menjadi mengasihani diriku sendiri. Aku tidak bisa menolak permintaan itu karena rasa cintaku untuk Cade.

Kasihan ya, aku… . gue

-ayya.