239. first and last (?)

Keyza merubah posisi tubuhnya untuk memandang gemerlap lampu kota Jakarta dari kafe di salah satu gedung berlantai 25 yang ditemukan Cade. Makanan di piringnya sudah habis. Keyza sangat bersemangat malam ini.

Ia sangat menyukai pemandangan bagaimana lampu-lampu dari berbagai sumber dan bentuk itu berlomba menerangi gelapnya langit malam. Entah bagaimana prosesnya, mereka sangat indah dan cemerlang di dasar bumi, namun gelapnya langit menerima dengan baik cahaya mereka.

Suara alunan gitar dari music band di kafe ini memenuhi pendengaran Keyza. Perhatiannya benar-benar teralihkan dengan bagaimana malam ini terasa begitu indah. Ia bahkan mengabaikan Cade yang sedang menatap dirinya dalam.

Cade tersenyum. Benar-benar tidak ada yang berubah dengan hobi atau kesukaan gadis di depannya sejak mereka kecil. ’Keynya masih sama. Hanya saja biasanya Keyra lebih menyukai memakai rok untuk berpergian, sementara Keyza menyukai setelan atas bawah atau jeans.

“Suka, Key?”

“Suka. Suka banget.” Gadis itu bahkan menjawab tanpa menolehkan kepalanya. Fokusnya masih tertuju pada kilauan lampu-lampu gedung pencakar langit dan ribuan kendaraan di bawah.

“Keyra juga suka. Suka banget. Ekspresinya kayak kamu. Persis.”

Pernyataan dari Cade barusan seketika membuat tubuh Keyza terdiam. Tubuhnya menolak menghadap Cade, namun telinganya terpasang dengan baik untuk mendengar Cade bercerita. Ia harus tahu pasti siapa Keyra.

Keyza sudah memutuskan untuk percaya apapun yang Cade katakan. Keyza rasa, laki-laki ini tidak mempunyai alasan untuk membohonginya. Jadi, apa pun fakta yang akan Keyza ketahui malam ini, akan ia terima dengan pikiran yang positif.

Cade menarik panjang napasnya. Perlahan tubuhnya ikut menghadap ke arah mana netra Keyza tertuju.

Jauh di dalam hatinya, Cade sudah pasrah. Ia tidak bisa memaksa Keyza untuk mengingat semuanya malam ini. Ia juga tidak akan memaksa Keyza untuk kembali menjadi Keyranya. Karena Cade paham dengan sangat, relung hati gadis yang kini di sampingnya telah diisi oleh sosok lain.

Walau di sisi lain, Cade juga sangat paham. Bahwa hatinya hanya milik Keyra—yang saat ini bernama Keyza.

“Keyra … She is my wife. Was. Four years ago. She’s mine.” ujar Cade penuh kehati-hatian dan kelembutan.

Keyza spontan menahan napasnya. Tubuhnya sedikit merinding mendengar pernyataan asing itu. Bagaimana bisa? Di data Meilleur tidak tertulis bahwa Cade pernah menikah.

Keyza mengeluarkan pertanyaan pertama yang terlintas di pikirannya, “Dia sekarang di mana?”

“Keyra kecelakaan empat tahun lalu. Everyone knows she was died.

Keyza menelan ludahnya. Kali ini, sekujur tubuhnya benar-benar merinding. Tangannya menutup mulut kecilnya karena terkejut dan matanya sontak menatap tepat pada netra hitam gelap milik Cade.

Oh god … I’m sorry. I really sorry, Cade. I'm sorry i forced you to tell me your bad memory.” Keyza benar-benar merasa bersalah. Hatinya tiba-tiba terasa terluka saat melihat tatap Cade yang semakin lesu, dan terlihat patah.

It’s oke. I will tell you about mu wife. Keyra punya rambut panjang berwarna cokelat. She always slepp with blanket. Keyra suka kucing. Keyra suka tanaman. Keyra suka setiap diajak ke kebun bunga. Dia paling suka bunga mawar. Dulu suka warna putih, tapi semakin lama semua warna mawar dia suka. Keyra nggak suka makan steak, katanya ribet motongnya … .” Cade menjeda kalimatnya.

Dadanya terasa mulai sesak karena mengingat belasan tahun yang ia lalui bersama Keyra dulu. Matanya mulai sedikit memanas. Ia menatap kedua tangan Keyza di atas pembatas balkon mewah ini. Rasa di dadanya membucah untuk mengenggam tangan itu lagi. Tapi, keberanian Cade tidak cukup untuk melakukannya.

Keyza menatap pilu laki-laki yang selama ini selalu terlihat paling baik-baik saja. Rasa ibanya menguar.

“Keyra nggak bisa sama sekali sama asap rokok. Keyra nggak suka minum. Keyra suka desain ruangan. Dia paling suka warna pastel. Keyra itu lembut. Perempuan paling lembut, sabar dan bodoh yang pernah aku temui.”

Semua kalimat dari mulut Cade tersimpan lekat di memori Keyza. Ia merasa tidak asing dengan semua hobi dan kesukaan yang Cade sebutkan. Kepalanya mendadak terasa sedikit pusing untuk mengingat siapa yang memiliki hal-hal persis dengan yang Cade sebutkan.

Keyza memijat pelan pelipisnya. Berusaha menerjang batas ingatannya. Dan ketika ia menyadarinya, tubuhnya membeku. Kedua mata cokelatnya tiba-tiba memanas. Ia menatap dalam kedua netra Cade. Berusaha mencari setitik kebohongan yang sayangnya tidak berhasil ia temui.

Iya, Keyza sadar. Semua hal yang Cade jelaskan tentang Keyra itu persis dirinya. Cade seperti sedang mendeksprisikan dirinya. Keyza.

Tatapannya penuh tanya. Cade kedua kalinya mengambil napas panjang. “Kamu boleh lari. Kamu boleh tinggalin aku kalau habis ini kamu pikir aku gila. Kamu boleh jauhin aku kalau kamu pikir aku cowok yang terobsesi.”

Keyza menunggu dengan takut kalimat yang akan Cade katakan selanjutnya. Ia menahan napas dan juga air mata yang entah mengapa sangat ingin keluar dari tempat persembunyiannya.

“Keyra itu Keyza. Kamu.” “Kamu, istri aku, yang ternyata selamat dari kecelakaan 4 tahun lalu.” “Orangtua kamu memanfaatkan memori kamu yang hilang dan melahirkan Keyza sebagai identitas baru kamu.”

Tangan Cade merogoh handphone di sakunya. Lalu jarinya bergerak terburu membuka galeri dan menujukkan foto pernikahan dirinya dengan Keyra.

Keyza hampir saja kehilangan keseimbangannya jika Cade tidak cekatan menahan pinggangnya.

Keyza tidak membantah. Keyza tidak bertanya lagi. Ia menangis. Untuk alasan yang Keyza tidak mengerti, ia menangis begitu Cade menatap matanya penuh dengan rasa sakit.

Cade mendekat untuk berbisik di telinganya. “I’ll find you, Key. I miss you so crazy.

Then he cry.

No, not ‘he’. But they.

Keyza sedang tidak ingin logikanya bermain malam ini. Biarkan pertanyaan tentang kenapa orangtuanya memisahkannya dengan Cade? atau pertanyaan kenapa Byan bertingkah seakan ia tidak tahu apa pun? itu lenyap lebih dahulu. Biarkan Keyza memeluk Cade untuk pertama kalinya. Walau sebenarnya bukan pertama kali.

Keyza hanya mengikuti nalurinya malam ini. Ia biarkan pundak bos dari partner kerjanya ini menjadi basah karena air matanya.

“Kamu selamat, Key. Kamu di sini. Kamu berhasil pulang.”

“Aku hampir gila sejak kamu pergi. Aku hampir nyusul kamu, Key. Aku nggak tau kalau kehadiran kamu ternyata begitu memengaruhi hidup aku.”

Keyza terisak. Hatinya terasa perih walau logikanya masih belum menemukan alasan kenapa ia tidak menolak dengan tegas.

“Aku harus ketemu Mama, Cade. Banyak yang mau aku tanya untuk mastiin ini semua. Aku tetap nggak bisa percaya begitu aja.”

Ya, mau bagaimanapun, she’s Keyza now. Dia bukan lagi Keyra yang lugu dan polos. Dia bukan lagi Keyra yang tidak bisa menolak. Dia Keyza, perempuan yang jauh lebih kuat dan hebat. Cade mungkin perlu berterima kasih kepada Byan yang menuntun Keyza 4 tahun belakangan. Karena Byan, Keyza memiliki pertahanan diri dan harga diri yang jauh lebih tinggi.

Cade mengangguk. “Nanti biar aku temenin.”

Tidak banyak yang berubah malam itu. Keyza belum sepenuhnya percaya dengan fakta bahwa identitas aslinya adalah Keyra, istri dari direktur utama Meilleur. Namun Cade berhasil mengenggam tangannya selama di perjalanan pulang.

Hal yang tidak pernah Cade lakukan pada Keyra sekali pun.

-ayya.